Posted by tiza fitrizia in
on
-
Temui aku di garis dua belas, kala matahari menjingga, kau mesti tak lagi diantara ilalang dan serangga
Bersiaplah kembali ke tepi rindu, kau sedari kemarin menepikan repihan kenangan tentangku
Suguhkan puisi kau yang sempat mengumpat di kamarku
Lalu hirup angin yang hanya menyebut kehidupan. Bukan kematian.
Ketika jingga matahari telah habis, rumahku sudah penuh melati. Untukku. Untuk kau juga.
Post a Comment