Kuintip kotak berpita ungu di sudut rak bukumu,
ada puisi diatas kertas berwarna silver dengan tinta hijau,
dibawahnya tercantum namanya dan namamu.

"Aku mencintaimu,tak akan menukar senyummu dengan airmata. Aku janji"

Sedikit baris diantara yang bisa kujemput. Diam. Kuingat musim mawar-mawar merah atau putih yang sering dia kirim untukmu. Tak ada duri saat sampai di tanganmu. Begitulah,kubilang dia teliti akan cinta hingga membeli mawar dan memangkas duri dari tangkainya agar lembutmu tak berdarah.

***

Hingga almanak berteriak, memanggil atas nama cinta. Tak lagi sepi disitu. Satu mimpi kau dengannya terpajang di langit.

***

Baru saja, kudengar doamu tersakiti.
Ku buka kamarmu,kulihat hanya duri-duri mawar berserakan bersamamu tanpanya disitu.Tanganmu sedang meminta dalam balutan kerudung biru dan tidak samar namanya kau ucap berulang kali.

Singkat. Kucari kalimat, sambungan yang masih sembunyi dari puisi dalam kotak itu pikirku.

"Sayang duri-duri mawar itu kusimpan, kelak akan sampai kerumahmu juga."

**
Berhentilah mencemaskannya. Akan kusiram dia dengan airmatamu yang sudah tawar.